Rabu, 27 Desember 2017

Instalasi Listrik Dalam Cor



Selamat datang lagi para pembaca, di blog saya yang sederhana ini. Kali ini kita akan membahas tentang instalasi listrik dalam cor. Dalam pembangunan rumah, terutama rumah bertingkat. Tembok cor atau bangunan cor adalah merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Beton cor merupakan satu kesatuan yang homogen, beton cor ini di dapatkan dengan mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (krikil), atau jenis agregat lain dan air dengan semen portland atau semen hidrolig yang lain, kadang-kadang dengan bahan tambahan (additif ) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan, pengerasan terjadi karena reaksi kimia antara semen dan air. Beton cor yang sudah mengeras dapat juga dikatan sebagai batuan tiruan, dengan rongga-rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecahan), dan diisi batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat halus diisi oleh semen dan air (pasta semen), pasta semen berfungsi sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengersan.

Manfaat menggunakan beton Cor adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah.
Kelebihan Beton Cor antara lain ;


  • Beton cor mampu menahan gaya tekanan dengan baik, serta mempunyai

sifat tahan terhadap korosi atau pembusukan terhadap lingkungan

  • Beton cor segar dapat mudah di cetak sesuai dengan keinginan

  • Beton cor segar dapat di semprokan pada permukaan beton yang retak

maupun diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan

  •  Beton cor segar dapat di pompakan (dengan pompa beton) sehingga

memungkinkan untuk dituang dalam tempat yang posisinya sulit

  •  Beton tahan aus dan tahan bakar sehingga perawatan lebih murah dan

mudah.

Macam - Macam Mutu Beton Cor

  • Mutu Beton Cor klass k 175 Slump 12 ± 2 Untuk Kontruksi bangunan 

ringan

  •  Mutu Beton Cor klass k 225 Slump 12 ± 2 Untuk Kontruksi bangunan 2

lantai: Ruko / Rumah tinggal

  • Mutu Beton Cor klass k 250 Slump 12 ± 2 Untuk Kontruksi bangunan 2

lantai: Ruko / Rumah tinggal

  • Mutu Beton Cor klass k 275 Slump 12 ± 2 Untuk Kontruksi bangunan 2

lantai: Ruko / Rumah tinggal

  • Mutu Beton Cor klass k 300 Slump 12 ± 2 Untuk Banguna Ruko / rumah

bertingkat 3 lantai s / d 5 lantai

  •  Mutu Beton Cor klass k 350 Slump 12 ± 2 Untuk Banguna Ruko / rumah

bertingkat 3 lantai s / d 5 lantai

  •  Mutu Beton Cor klass k 400 Slump 12 ± 2 Untuk Beton untuk rigit jalan

(jln Tol / jln Negara)

  •  Mutu Beton Cor klass k 500 Slump 12 ± 2 Untuk Beton untuk pricast /

prestressed

  •  Mutu Beton Cor klass k 600 Slump 12 ± 2 Untuk Beton untuk pricast /

prestressed

Hal – Hal Penting Sebelum Pekerjaan Cor Beton dimulai yaitu pada bagian bahan material besi sebagai tulangan beton. Pada proses pembangunan konsep rumah tubuh akan menyisakan besi yang kira-kira panjang 60 cm sampai 1 m sebagai besi penyambung jika kita akan melanjutkan membangun rumah dan istilah ini disebut “besi stek”. Hal ini diluar perkiraan saya karena ini adalah pengalaman pertama saya membuat rumah. Bisa dibayangkan jika hanya besi stek kolom atau sloof saja tidak terlalu banyak tetapi jika kita mengerjakan dak lantai beton berapa banyak besi yang mubazir, inilah resiko membangun cara kredit tetep terkena bunga secara tidak langsung. Hal Penting lainnya sebelum pekerjaan proyek listrik dalam cor beton dimulai terkait dengan pemasangan pipa sanitasi air dan juga instalasi listrik, bahan material tersebut harus kita siapkan sebelum proses pengecoran bahkan pada saat sebelum pemasangan papan cor pun bahan-bahan ini harus sudah disiapkan. Pemasangan instalasi listrik dalam cor yang ditanam di dalam dinding kadang-kadang memunculkan pertanyaan bagaimana cara memasangnya apakah menggunakan pipa atau langsung memasang kabelnya lalu ditutup dengan adukan.

            Namun ada terdapat teknik untuk memasang instalasi listrik dalam cor. Teknik duct kabel adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang khusus untuk dipasang di bawah permukaan tanah dan pemasangannya harus diletakkan dalam pipa-pipa di bawah permukaan tanah (sesuai STEL-K-008 dan STEL-K-009). Sedangkan sistem Duct Beton adalah  sistem pemasangan kabel tanah dengan dimasukkan ke dalam pipa yang dicor beton. Duct yang  dicor beton pada umumnya memakai pipa PVC tebal 2 mm, tetapi dapat juga dipergunakan pipa yang lebih tebal, apabila dikehendaki dan diperlukan. Akan tetapi perlu adanya perubahan pada ukuran dari penyekat, karena penampang dari pipa yang lebih tebal dindingnya akan lebih besar Pipa PVC tebal 2 mm sangat cocok untuk duct beton dan cara ini menguntungkan apabila route duct tersebut lebih dari dua pipa.

Minggu, 17 Desember 2017

Utilitas Jaringan Listrik



Sistem Utilitas Jaringan Listrik berkaitan dengan informasi spasial dalam distribusi jaringan listrik tertutama dalam kaitan informasi topografi dan skala peta.  Sistem informasi utilitas adalah sistem informasi berbasis komputer yang dirancang secara khusus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi data utilitas yang erat kaitannya di dalam bentuk pelayanan umum (public service) terhadap segala fasilitas infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak dimana umumnya berada di daerah perkotaan (urban area) seperti pelayanan air minum, saluran buangan (drainage), telepon, listrik, pipa gas. Karakteristik umum dari utilitas itu sendiri berbentuk suatu jaringan (network) yang terhubung kepada pelanggan. Adapun lokasi jaringan utilitas terletak disekitar area badan jalan dalam artian posisi realtifnya berada di tepi jalan (pinggir jalan) atau terletak di dalam badan jalan. Pada gambar 2.1 diperlihatkan secara umum gambaran letak dari masing masing utilitas di bawah permukaan tanah, di suatu kota dimana terdapat kabel telepon (TEL) yang letaknya selalu berada diatas pipa air minum (AM), pipa gas (GAS), dan kabel listrik (PLN),serta letak saluran buangan (Drainage) yang selalu berada paling bawah dan agak jauh diantara utilitas yang lain. Hal ini dikarenakan untuk mencegah terkontaminasinya saluran air minum apabila terjadi kebocoran. Sebelum berkembangnya teknologi digital maka pada masa lalu sistem informasi utilitas dibuat secara konvensional. Dimana terdapat 2 sistem yaitu: 

1. Sistem Kolektif 

2. Sistem Tumpang Susun 

Sewaktu sistem konvensional masih diterapkan, untuk membuat sistem informasi utilitas akan membutuhkan waktu yang relatif lama sebab masing-masing tahapan tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan. Sedangkan letak perbedaan dari kedua sistem diatas ialah pada tahapan penyatuan peta utilitas dan topografi (transparan) sebelum menghasilkan sebuah sistem informasi utilitas. Konsep Sistem Informasi Utilitas berkembang luas seiring perkembangan teknologi informasi secara global, namun secara tidak langsung telah menimbulkan perbedaan persepsi hubungan antara Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Automated Mapping / Facility Management (AM/FM). Kedua istilah ini sering  diartikan berbeda dikalangan pemakai (terutama di Negara Eropa), hal ini jelas terlihat dikarenakan ada dua pandangan persepsi yang berbeda. Persepsi pertama mengartikan bahwa AM/FM merupakan sub bagian dari SIG, dimana kalangan ini memiliki pandangan dasar SIG menaungi semua kegiatan industri dan AM/FM sebagai pendukung dari SIG. Sedangkan persepsi kedua mengatakan bahwa AM/FM setara dengan SIG, sebabnya AM/FM maupun SIG keduanya membutuhkan basis data spasial  Pada Hakekatnya AM/FM merupakan suatu sistem yang mengelola tentang informasi yang lebih presisi, detail dan operasional teknis dalam hal pengambilan kebijakan, sedangkan SIG mengatur atau mengelola informasi dalam lingkup yang lebih global seperti : lingkup perencanaan , perijinan, zoning, pemanfaatan tata guna tanah, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan AM/FM merupakan aplikasi dari SIG. Dalam perencanaan dan pengaturan utilitas, diperlukan juga peta yang merupakan visualisasi dari data spasial. Seperti diketahui sejak dulu peta sudah menjadi media yang membantu dalam perencanaan, desain dan konstruksi, serta pemeliharaan dalam pekerjaan-pekerjaan rekayasa termasuk dalam pengaturan dan perencanaan utilitas. Ketelitian dan akurasi peta dalam perencanaan dan pengaturan utilitas merupakan faktor yang harus diperhatikan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan utilitas yaitu: 

1.Lokasi dari utilitas, berada diatas atau dibawah tanah.
2. Elemen dari utilitasnya, berupa kabel atau pipa.
3. Kepadatan dari elemen-elemen utilitas dan unsur-unsur geografi yang diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas.
4.Dampak jika terjadi kesalahan dalam penentuan lokasi dari elemen-elemen utilitas, seperti kebakaran pada pipa gas atau daya listrik pada kabel-kabel listrik

Sistem utilitas jaringan listrik, atau sistem elektrikal pada suatu bangunan adalah pemasok energi untuk penerangan, pendinginan, pemanasan, dan pengoperasian peralatan-peralatan listrik. Sistem ini harus dipasang sesuai peraturan instalasi listrik yang berlaku sehingga memenuhi standar keamanan dan keselamatan bagi penggunanya serta efisien. Sistem elektrikal untuk penerangan harus diintegrasikan dengan sistem pancahayaan pasif dari desain jendela dan bukaan-bukaan pada bangunan. Umumnya daya listrik diperoleh dari perusahaan pemasok energi listrik PLN. Untuk beberapa hal sumber cadangan listrik berupa generator sering digunakan untuk kondisi darurat, seperti untuk lif, pompa kebakaran, lampu pintu emergensi, telepon, alarm, peralatan kedokteran dirumah sakit, alat-alat dilaboratorium, pabrik, dsb. Tegangan pasokan listrik PLN adalah 220 volt. 50 Hz,Dan satuan daya adalah watt. Standar kelas pengguna listrik, R1, R2, R3, bangunan industri, bangunan umum, dsb. Pada bangunan berukuran menengah sering digunakan travo, untuk mengatur  menurunkan pasokan listrik menjadi voltase service, agar lebih ekonomis. Untuk setiap bangunan diperlukan panel utama yang dilengkapi sikring pengaman dan saklar service yang berfungsi untuk  pemutus arus litrik utama. Kelengkapan ini  ini diperlukan pada bangunan jika terjadi kerusakan pada jaringan listrik, kelebihan beban, hubungan pendek, terbakar dsb. Perlengkapan jaringan elektrikal al; berbagai jenis kabel, sikring (fuse), cable tray, kotak sambungan kabel, saklar, stop kontak, berbagai jenis lampu, dimmer, fikstur, dll. Dalam penggambaran jaringan elektrikal adalah menggunakan simbol-simbol yang hair berlaku umum disetiap negara.Teknik pemasangan jaringan kabel sangat beragam; ada yang tertanam,  diluar terekspos, menggunakan pipa/saluran kabel, dibawah lantai, didalam dinding, diatas plafon, dsb. Sistem jaringan elektrikal harus dilengkapi pengaman berupa grounded (netral), untuk mengurangi dampak statik. Semua ini tergantung kebutuhan, fungsi bangunan, kemudahan penempatan outlet dan intake, fleksibilitas, estetika interior, perawatan dan keamanan. Setiap perencanaan jaringan elektrikal harus dapat pengesahan dari ahli instalatur listrik berlesensi.

Senin, 11 Desember 2017

Jaringan Listrik Menengah



Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit jaringan listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya. Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :


  •  Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.



  •  Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.


Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Jaringan tegangan menengah, atau jaringan listrik menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L). 

Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Konstruksi JTM terdiri dari :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

          SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :
  • · Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
  • · Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
  • · Pemeliharaannya hampir tidak ada.
Jenis kabel tegangan menengah adalah :
a. Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.
b. Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.
Contoh : CPT dan VIC
c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel (Schoen cable), Instalasi Pembumian

Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :
  • · Tiang awal / akhir
  • · Tiang penyangga
  • · Tiang sudut
  • · Tiang Peregang / tiang tarik
  • · Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga. Itulah profil dari jaringan listrik menengah, yang sudah saya kumpulkan dari beberapa sumber. Terima kasih sudah membaca.

Rabu, 06 Desember 2017

Jaringan Listrik Grid



Yang dimaksud dengan jaringan listrik grid adalah sistem kelistrikan yang terhubung, atau terkoneksi dengan jaringan (grid) yang artinya grid bekerja bersama pembangkit listrik  lainnya yang ikut menyuplai beban di jaringan listrik yang sama. Dalam sistem on grid, PLTS hanya menyuplai listrik ke beban pada siang hari sedangkan pada malam hari PLTS tidak beroperasi dan beban disuplai oleh pembangkit lainnya. karena PLTS tidak harus menyuplai beban pada malam hari maka baterai tidak diperlukan pada sistem ini tidak seperti pada sistem terpusat (stand alone) yang menyebabkan harganya jauh lebih murah dibanding sistem terpusat.
Adapun komponen Utama PLTS On Grid :


  •          Modul Surya/Photovoltaic

Modul surya tentunya komponen utama yang selalu ada pada semua sistem PLTS. Seperti yang pernah saya tulis di tulisan-tulisan sebelumnya terkait PLTS, modul surya berfungsi untuk mengkonversi cahaya matahari menjadi energi listrik.


  •         Inverter On Grid

Inverter On grid berfungsi mengubah daya DC dari modul surya menjadi daya AC untuk disalurkan ke jaringan/beban. Umumnya inverter on grid telah memiliki kemampuan untuk langsung sinkron dengan grid saat dinyalakan. Inverter On grid juga umumnya memiliki anti-islanding protection yang artinya bila ada gangguan pada jaringan/black out maka Inverter akan secara otomatis terlepas dari grid (OFF) dan akan terhubung kembali (ON)  secara otomatis saat jaringan kembali normal.
Meskipun memiliki fungsi yang sama terdapat perbedaan antara Inverter On grid dengan Inverter Off grid, diantaranya :


  •          Inverter Off grid mengkonversi daya dc dari baterai sedangkan Inverter Off grid mengkonversi daya dc langsung dari modul surya. hal ini berbeda karena tegangan baterai relatif stabil sedangkan tegangan pada modul surya berubah-ubah (bergantung pada kondisi penyinaran matahari).


  •          Daya yang dikonversi Inverter Off grid ke jaringan bergantung pada besar beban dan Inverter Off grid akan menyalurkan daya dari baterai sebesar daya yang dibutuhkan (beban), besarnya daya yang dihasilkan modul surya tidak berpengaruh pada besar daya yang dikonversi. Pada Inverter On grid besar daya yang dikonversi ke jaringan bergantung pada besar daya yang dihasilkan modul surya, Inverter On grid akan menyalurkan daya sebesar daya yang dihasilkan modul surya, besarnya beban tidak mempengaruhi besarnya daya yang dikonversi. Oleh karenanya Inverter Off grid tidak bisa dipakai sebagai inverter On grid dan sebaliknya walaupun Inverter On grid terkadang digunakan pada PLTS terpusat (off grid) yang menggunakan sistem AC couple.



Ada beberapa perbedaan pada Jaringan Listrik Masa Kini dan Jaringan Listrik Grid. Perbedaan yang pertama adalah dari segi partisipasi konsumen. Pada jaringan listrik masa kini, konsumen dianggap seragam dan tidak bertartisipasi aktif dalam jaringan listrik. Dalam hal ini, peran konsumen hanya sebagai penerima supply energi listrik dari produsen. Sedangkan pada Smart Grid, konsumen akan bertartisipasi aktif dalam jaringan listrik. Partisipasi ini meliputi penyediaan informasi, keterlibatan konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan desentralisasi pembangkit listrik. Konsumen dapat menginformasikan kebutuhan energi listriknya. Dengan adanya informasi ini, energi listrik akan disediakan sesuai dengan kebutuhan meminimalkan pemborosan. Konsumen juga dapat bertartisipasi dalam penyediaan energi listrik dengan cara membangun pembangkit listrik dan melibatkannya ke dalam jaringan listrik yang ada. Pembangkit listrik pada sisi konsumen dapat berupa pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan, misalnya sel surya dan energi angin. Jaringan listrik dengan pembangkit yang tersentralisasi merupakan khas jaringan listrik masa kini. Selain itu sangat minim keterlibatan media penyimpanan energi listrik. Pada Smart Grid, pembangkit akan dibuat beragam, umumnya berupa pembangkit yang bersumber dari sumber terbarukan, misalnya sel surya, kincir angin, dan tenaga air. Media penyimpanan juga dapat dilibatkan untuk mengoptimalkan jaringan listrik.


Dari segi produk, pelayanan, dan pasar juga terdapat perbedaan. Dalam hal ini, yang menjadi fokus adalah konsumen. Pada grid konvensional, konsumen cenderung monoton dan kurang berkembang. Smart Grid dapat menjadikan konsumen beragam, dalam hal ini produk yang dituangkan dalam layanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Dengan demikian, pasar energi akan berkembang dengan baik. Kualitas pada grid konvensional cukup sulit untuk dikontrol. Di Indonesia, kualitas layanan listrik di berbagai daerah daerah dapat berbeda. Smart Grid dapat mengontrol kualitas dengan lebih baik sehingga kualitas yang baik dapat lebih mudah dicapai. Termasuk gangguan terhadap faktor alam dan non alam. Pada grid konvensional, gangguan ditangani dalam waktu yang relatif lambat sehingga supply listrik ke konsumen terganggu. Smart Grid dapat mempercepat penanganan tersebut dengan lebih baik dan smooth sehingga konsumen tidak terganggu supply-nya, bahkan bisa jadi konsumen tidak merasakan adanya gangguan. Selain itu, Smart Grid juga dapat melakukan operasi pencegahan atas gangguan yang mungkin terjadi pada jaringan listrik. Dari segi produsen, optimasi aset pada grid konvensional cukup sulit ditingkatkan dan operasional relatif tidak efisien. Smart Grid dapat membantu optimasi aset dan efisiensi operasional dapat ditingkatkan. Misalnya pembangkit akan diaktifkan hanya ketika dibutuhkan supply pada level tertentu, selebihnya akan dimatikan. Maintance jaringan juga akan lebih mudah dilakukan karena Smart Grid dapat memonitor beberapa komponen dalam jaringan listrik, melakukan pencegahan dan penanganan atas gangguan yang mungkin muncul. Sampai disini artikel saya yang berjudul jaringan listrik grid.